BANJARBARU – Badan Pengelola Geopark Meratus (BPGM) gencar mempromosikan sejumlah situs Geopark Meratus untuk mendorong percepatan pengakuan dari Unesco, mengingat saat ini telah di usulkan ke Unesco Geopark Global (UGG).
Salah satu upaya lebih memperkenalan Geoperk Meratus pada dunia Internasional atau global, BPGM mengajak sejumlah awak media untuk melihat secara langsung situs geopark meratus yang telah di benahi saat ini.
“Kami berharap dari tulisan awak media tersebut, Geopark Meratus semakin mengglobal,” kata Ketua Harian BPGM Hanifah Dwi Nirwana sebelum pelaksanaan mengunjungi situs tersebut yang di kemas dalam Field Trip Geopark Meratus 2023.
Dalam tulisan awak media itu, lanjut dia, diharapkan akan mengungkap keunikan dan keindahan dari sejumlah situs Geopark Meratus untuk di kunjungi.
Rombongan awak media di bagi dua, satu kelompok mengunjungi situs barat dan utara, sedangkan satu kelompok lainnya mengunjungi situs selatan dan timur.
Kelompok 2 mengunjungi situs selatan meliputi situs Taman Hutan Hujan Tropis Banjarbaru, situs pembuatan kerajinan purun Kota Banjarbaru, situs pusat informasi Geopark Meratus, situs habitat satwa endemik di Mandiangin.
Selain itu, situs taman konservasi Anggrek, situs batu kulit Ular, situs pesanggarahan Belanda Mandiangin, Tahura Sultan Adam, situs pemandangan puncak Tahura Sultan Adam, situs Masjid Bambu Kiram, situs penambangan tradisional Intan Cempaka yang di pandu Nur Arief dari BP Geopark Meratus.
Nur Arief menjelaskan, semua situs Geopark Meratus telah melakukan kajian sebelum di usulkan dan harus mememuhi syarat ada unsur geologi, pendidikan dan konservasi, sosial budaya dan perekonomian masyarakat.
Sebagai contoh, situs hutan hujan tropis yang ada di kawasan Kompleks Perkantoran Pemprov Kalsel di Banjarmasin ada unsur konservasi dan pendidikan, mengingat di lokasi itu di tanam tanaman langka endemik Kalimantan, yakni Kayu Ulin.
Sementara, warisan bumi dan geologi yang ada di Geopark Meratus bisa di lihat dari bebatuan yang ada di kawasan Tahura Sultan Adam, berupa batu kulit Ular yang diperkirakan berusia sekitar 200 juta tahun.
Artinya, bebatuan yang usianya sekitar 200 juta tahun tersebut yang menjadikan BPMG mengusulkan situs batu kulit Ular. Sedangkan situs konservasi Anggrek karena memiliki species khas Kalimantan.
Satu petugas pengelola situs konservasi Anggrek Tahura Sultan Adam, Isrudin mengungkapkan. jumlah tanaman Anggrek yang ada di kawasan konservasi sebanyak 106 species dan 20 jenis di antaranya hibrid.
Ia juga menyebutkan, dari 106 species Anggrek tersebut ada tiga species langka, yakni Anggrek Hitam, Anggrek Bulan dan Anggrek Tebu. Ketiga jenis anggrek langka itu telah dilakukan budidaya di kawasan konservasi ini.
Situs Kampung Purun Banjarbaru masuk Geopark Meratus di nilai masuk warisan tak benda, terutama proses kerajinan purun tersebut dan asal purunnya tumbuh dari batuan endapan bagian atas Kalsel, sehingga jenisnya beda dengan purun yang tumbuh di rawa.
Selain itu, tanaman purun ini menjadi tanaman mengikat logam berat dan pengelola masyarakat lokal, termasuk juga atraksi menumbuk purun sebagai warisan budaya.
Sementara, situs Pusat Informasi Geologi Meratus Mandiangin, bisa di lihat dan di ketahui jenis batu-batuan yang ada di Kalsel, dan muncul dari batu-batuan seperti batubara dan jenis batuan lainnya, termasuk Intan.
Sedangkan penambangan tradisional Intan, Pumpung, Cempaka, termasuk geologi dan sejarah terangkat bebatuan penambangan, sementara ritual sebelum dan setelah mendapatkan intan termasuk budaya masyarakat setempat. ani