BANJARMASIN – Sebagian besar masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari pertanian, ternyata masih mengandalkan sektor pertanian padi. Padahal, banyak sektor lain yang berusaha mengubahnya, seperti sektor perkebunan sawit serta hortikultura lainnya.
Hal itu diungkapkan anggota DPRD Kalsel Dr H Karlie Hanafi Kalianda SH MH, Minggu (28/1), usai melakukan rangkaian kegiatan reses pada 21 hingga 28 Januari di 16 desa di Kecamatan Cerbon dan Marabahan, Kabupaten Barito Kuala.
Sebanyak 16 desa yang dimaksud dalam Kecamatan Marabahan, yakni Desa Bagus, Baliuk, Penghulu, Sidomakmur, Antar Baru, Karya Maju, Antar Raya, dan Desa Antar Jaya.
Sedangkan wilayah Kecamatan Cerbon adalah Desa Sungai Kambat, Sungai Raya, Badandan, Bantuil, Sawahan, Simpang Nungki, Sungai Tunjang, dan Desa Sungai Rasau.
“Selain masih menjadikan pertanian padi sebagai mata pencaharian utama, sebagian besar masyarakat dari 16 desa ini juga mengembangkan usaha sampingan, namun masih seputar kegiatan pertanian seperti bertanam macam-macam sayuran, perkebunan jeruk, pengolahan hasil pertanian dan perkebunan, dan lain-lain,” jelasnya.
Sebagian masyarakat di wilayah reses juga ada yang mengikuti sistem plasma di perkebunan sawit, namun mereka mengeluhkan karena hasilnya tidak memadai.
“Masyarakat minta sistem plasma yang melibatkan masyarakat setempat di perkebunan tebu untuk dibenahi lagi, sehingga hasil yang mereka dapatkan cukup memadai,” ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, masalah lainnya yaitu menyangkut ketersediaan pupuk bersubsidi yang juga masih dikeluhkan masyarakat.
“Sebenarnya sudah ada solusinya, yaitu melalui aplikasi i-Pubers yang merupakan integrasi pupuk bersubsidi dari PT Pupuk Indonesia, yang telah diterapkan di enam provinsi di Indonesia, yaitu Bangka Belitung (Babel), Riau, Kalsel, Sumatera Utara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara,” ujarnya.
Karlie menjelaskan, aplikasi i-Pubers merupakan hasil perkawinan antara T-Pubers, yaitu Tebus Pupuk Bersubsidi milik Kementerian Pertanian dengan aplikasi Rekan dari Pupuk Indonesia yang tujuannya mempermudah proses penebusan pupuk bersubsidi di kios-kios yang ditunjuk.
Namun kenyataannya, saat reses ternyata masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang aplikasi i-Puber tersebut.
“Jadi aplikasi i-Pubers ini harus lebih disosialisasikan lagi, sehingga masyarakat bisa benar-benar menikmati kemudahannya,” ucap Karlie.
Menruutnya, saat reses juga ditemukan fakta bahwa asurasi petani yang pernah diterapkan ternyata sekarang sudah tidak berjalan lagi.
“Padahal keberadaan asuransi pertanian dimaksudkan untuk mengurangi beban petani, misalnya saat gagal panen. Ke depan, asuransi pertanian ini perlu diterapkan lagi dengan premi yang dibayarkan oleh pemerintah,” katanya.
Saat reses, masyarakat juga memberikan masukan tentang infrastruktur jalan yang perlu pembenahan, seperti Desa Sawahan yang jalannya rusak parah dan sulit di jangkau, sehingga membuat lokasi desa tersebut setengah terisolir dari lingkungan sekitar.
“Ini kesempatan kami menyampaikan aspirasi kepada wakil rakyat, karena wilayah kami sama sekali tidak pernah didatangi wakil rakyat. Baru Pak Karlie yang datang kesini,” ujar tokoh masyarakat di Desa Sawahan, Marwoto. rds