BANJARBARU – Gubernur Kalimantan Selatan, H Sahbirin Noor atau Paman Birin melalui Staf Ahli Bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik, Adi Santoso membuka pagelaran 1.000 Sinoman Hadrah dalam rangka Event Kreativesia Nasional Tahun 2024 di halaman Kantor Gubernur Kalsel, di Banjarbaru, Kamis (29/8).
Sederet pegiat Sinoman hadrah berjejer dengan mengenakan berbagai pakaian Sasirangan khas Banjar, Staf Ahli, Adi Santoso tampak melakukan penabuh gendang sebagaimana tanda Opening Ceremony Event Kreativesia Nasional 2024.
“Kalimantan Selatan dikenal sebagai daerah yang kaya akan budaya dan tradisinya. Kekayaan budaya ini tercermin dari berbagai seni dan adat istiadat yang terus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat kita hingga sekarang,” kata Paman Birin.
Hal itu tertuang dalam sambutan tertulis Gubernur Kalsel dibacakan Staf Ahli Bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik, Adi Santoso, SSos, MSi.
Paman Birin menjelaskan bahwa sinoman hadrah dengan irama yang khas dan syair-syair pujian kepada Allah SWT, bukan hanya sekadar pertunjukan seni, tetapi juga sarana dakwah yang efektif dalam menyebarkan ajaran agama islam dengan cara yang santun dan menyejukkan.
Menurut Paman Birin, sinoman hadrah telah menjadi bagian penting dari berbagai acara keagamaan dan sosial di Kalimantan Selatan, mulai dari perayaan maulid nabi, peringatan hari besar islam, hingga acara pernikahan dan syukuran.
“Dalam setiap penampilannya, Sinoman Hadrah tidak hanya menghadirkan keindahan dalam irama dan gerak, tetapi juga mengandung pesan-pesan moral dan spiritual yang mendalam,” sebut Paman Birin.
Dalam konteks ini, bagi Paman Birin bahwa pagelaran 1.000 Sinoman Hadrah yang dilaksanakan ini memiliki makna yang sangat istimewa. Tidak hanya karena jumlah peserta yang begitu banyak, menurutnya karena acara ini menjadi bagian dari Event Nasional Kreativesia 2024.
Menurut Paman Birin, hal itu adalah kesempatan emas bagi kita semua untuk menunjukkan kepada dunia luar bahwa Kalimantan Selatan memiliki kekayaan budaya yang luar biasa dan layak untuk dikenal lebih luas lagi. Apalagi seiring dengan perkembangan zaman.
“Kita sering kali dihadapkan pada tantangan dalam melestarikan dan mengembangkan budaya lokal. Globalisasi dan modernisasi membawa dampak yang tidak bisa kita abaikan, termasuk dalam bidang seni dan budaya,” tuturnya.
Pada kesempatan itu pula, Paman Birin mengajak semua komponen masyarakat Banua agar harus terbuka terhadap perubahan dan kemajuan, tetapi di sisi lain juga harus mampu menjaga dan mempertahankan warisan leluhur.
Dengan adanya pagelaran 1.000 sinoman hadrah ini, Paman Birin berharap dapat menjadi momentum untuk memperkuat semangat kebersamaan dan gotong royong di antara kita semua.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Kalsel, H Hermansyah melalui Kabid Pemberdayaan Pemuda, Rokhyatin Effendi mengatakan pagelaran 1.000 Sinoman Hadrah ini merupakan salah satu rangkaian dalam rangka memeriahkan Harjad ke-74 Provinsi Kalimantan Selatan.
“Kita menghadirkan 1.000 seniman dari pegiat Sinoman Hadrah, terdiri 28 kelompok dan Pemprov Kalsel terus mendorong demi melestarikan seni dan budaya di Banua,” beber dia.
Rokhyatin meyakini, pagelaran Sinoman Hadrah akan terus dilestarikan oleh generasi selanjutnya, bahkan tidak hilang ditelan zaman dan berharap pelaku seninya terus tumbuh dan berkembang, serta keseniannya tetap lestari sepanjang masa.
Adapun salah satu siswa SMKN 1 Kertak Hanyar, Nor Lisa Herawati mengaku bersama kelompoknya sebagai tim hore dalam memeriahkan Pagelaran 1.000 Sinoman Hadrah. Perempuan berhijab putih ini merasa bangga dapat terlibat, walau sebelumnya agak malu tampil di antara ribuan seniman.
“Kita berharap dapat menjadi bagian juga nantinya di kesenian Sinoman Hadrah itu,” ungkap siswi kelas 11 SMKN 1 Kertak Hanyar.
Lisa mengenal kesenian Sinoman Hadrah selama ini muncul di tengah rangkaian acara masyarakat seperti hajatan pernikahan dan acara pemerintahan.
Tentu Lisa merasa kegiatan ini sangat menggugah pikiran mereka terhadap dunia seni, terkhusus Sinoman Hadrah yang selama ini cukup asing bagi mereka.
“Kesenian Sinoman Hadrah ini cukup populer di masyarakat Banjar, namun bagi kami sangat malu melakukannya. Tapi saya tertarik dalam kesenian ini,” pungkasnya. mr/adpim/ani